top of page

Mengenal Lebih Dalam Tentang Profil Wakil Dekan III serta Satuan Kredit Partisipasi (SKP) Part 1

dr. Tommy Nugroho Tanumihardja, Sp. An adalah wakil dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya yang bergerak dalam bidang kemahasiswaan. Selain itu beliau juga menjalankan profesi sebagai dokter anestesi. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai profil dr. Tommy dan peraturan baru mengenai diberlakukannya buku SKP, BPM News melakukan sebuah sesi tanya jawab yang amat menarik. Berikut ini pertanyaan serta jawabannya:

Q : Apa sajakah yang dilakukan dr. Tommy dalam kesehariannya?

Pada tugas sebagai klinisi, dr. Tommy bergerak dalam bidang anestesi, memberikan pelayanan anestesi kepada pasien-pasien perioperatif, intraoperatif dan postoperatif. Jadi pelayanan perioperative itu mulai pelayanan sejak sebelum operasi dan model perencanaannya. Seluruh rangkaian pre, intra maupun post operatif merupakan bagian dari perawatan kritis atau intensif, sehingga organisasi di dalam Rumah Sakit tidak hanya pada ruang lingkup operasi tetapi juga di luar kamar operasi seperti di IGD, Radiologi dan juga ICU tergantung kebutuhannya.

Sebagai wakil dekan III dr. Tommy bertugas sebagai koordinator atau penghubung antara kebijakan fakultas dengan staff, para mahasiswa, para alumni dan juga ‘stakeholder’ lain diluar semuanya itu, seperti masyarakat. Tugas-tugas ini dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda yaitu dalam beberapa jalur.

Jalur I menekankan pada kurikulum inti. Jalur II menekankan kepada bagaimana supaya semuanya dapat berjalan secara administratif. Jalur III dari sudut pandang ko-kurikuler dan ekstrakurikuler.

Q : Apa perbedaan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler?

Kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendamping kurikulum inti akademik untuk membangun mahasiswa Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya menjadi mahasiswa yang mempunyai integritas.

Seperti halnya kegiatan inti kurikuler, maka kegiatan ko-kurikuler juga menjalankan fungsi tri darma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Contoh kegiatan ko-kurikuler yaitu Indonesian Medical Olympiade(IMO), GIMSCO, MFR, Medskill, DABIN, HCCP dan masih banyak lagi. Sedangkan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang murni berkaitan dengan minat bakat, olah raga, dan musik.

Q : Bagaimanakah pandangan dr. Tommy mengenai perkembangan Atma Jaya dulu hingga sekarang?

Penilaian perkembangan kegiatan mahasiswa Atma Jaya menurut dr. Tommy bisa dilihat secara kuantitatif ataupun kualitatif. Kuantitatif lebih mudah dinilai dan cenderung kepada pendapat mengenai jumlah kegiatan, apakah lebih banyak, lebih beragam ataukah tidak.

Jika dibandingkan waktu pertama kali Fakultas Kedokteran Atma Jaya berdiri yaitu 46 tahun yang lalu dengan zaman dr. Tommy masih berkuliah yaitu tahun 1990 akhir hingga tahun 2000-an, tentu jumlah kegiatan bertambah. Banyak UPMM dan UKM yang dulu masih merintis sekarang lebih mapan, tetapi yang namanya kemahasiswaan di suatu fakultas kedokteran universitas katolik tidak semata-mata hanya melihat dari kesibukan organisasi tetapi terutama belajar dan menghidupi nilai-nilai yang akan menjadi sangat penting bagi kita semua nantinya.

Secara kualitatif ada beberapa yang kasat mata, yaitu yang dulu masih merintis, sekarang kualitas sudah lebih baik, struktur sudah lebih baku, dasar-dasar hukum sudah lebih baku, anggaran dasar, anggaran rumah tangga sudah lebih dijalankan. Hal ini merupakan suatu perkembangan yang normal dari kelompok manusia yang sama-sama memikirkannya yaitu bersifat ‘developmental’ terutama dengan adanya evaluasi.

Q : Bagaimana menurut dr. Tommy hal-hal yang perlu diperbaiki saat ini?

Berdasarkan situasi umum masyarakat yang mempengaruhi pola perilaku kita sebagai civitas akademika terutama mahasiswa di dalam interaksi sehari-hari, banyak faktor eksternal misalnya sistem teknologi informasi, situasi perkotaan, keadaan lalu lintas yang semakin padat, sistem pembelajaran (sistem blok) walaupun belum ada penelitian baku, itu semua cenderung membuat kita lebih individualistis. Kita melihat satu sama lain bukan lagi sebagai partner melainkan sebagai saingan karena persaudaraan yang kurang. Cenderung lebih materialistis dan apatis, maka seharusnya bidang kemahasiswaan bersama bidang lain bisa me re-orientasi ulang atau mengarahkan ulang mengenai keberadaan dan tujuan bersama.

Featured Article
Tag Cloud
No tags yet.
bottom of page